In Dormistory

Kok Bisa Jadi Culture!?


Assalamu’alaikum Warrahmatullah Wabarokatuh?
Allo?

            Mmm... Yay, UNBK baru aja selesai nih, which is litteraly buat anak SMK/MAK. Nah ngomongin tentang UNBK sebenernya itu agak gimana gitu ye. Emang kaya udah gak heran kalau inside-out ada banyak kecurangan. Ingat, BANYAK! Sampe ada yang bangga nyebut “culture”!

            Dari tahun ke tahun, generasi ke generasi sepertinya emang gak pernah ada yang one hundreads percent ujian nasional itu murni. *Maaf yah, suudzon. Dan parahnya memang seakan siswa-siswi di zaman now menganggap itu normal! WHAT!? “Yaelah, nyontek satu aja masalah”. Malah udah jadi kaya culture gitu, mulai dari bocoran soal, kunci jawaban, upaya menyontek, kerjasama dan berbagai bentuk kecurangan lainnya. Terus gak perlu jauh hari sampai dengan ujian yang taraf nasional, mulai dari pekerjaan rumah aja tetep ada kecurangan.

            Nah Alhamdulillah gue ini udah lulus UNBK tahun lalu, tapi beberapa hari seusai ujian gue lihat sebuah tweet yang emang harusnya gak kaget, tapi yaa “Nah LOH!” segitunya ya Indonesia-kuh. Emang maksud dari akun ini cuma iseng-iseng aja, tapi gue yakin voters-nya itu pure dari mereka yang sudah jujur (in this case jujur ngisi vote itu).





            Jumlah voters pun juga gak sedikit, sampai dengan final result ada 572 akun yang ikut. Dan hasilnya bisa dihitung kalau 366 akun bilang kalau “Masih ada kecurangan di sekolahnya”. Inget lagi, akun edukasi ini CUMA iseng-iseng aja loh ya, gimana kalau sekalanya diperbesar? Gimana kalau @Kemendikbud_RI yang buat?

            Astagfirullah hal adzim. Kenapa ini bisa terjadi? Apakah penyebabnya? Apa konsekuensi jangka panjangnya? Jawabannya sudah pernah diungkapkan oleh kak Glenn Ardi  dari VP of Marketing Zenius Education dan Editor Zenius Blog, beliau berpendapat :

“Kecurangan dalam dunia pendidikan akan terus mengakar selama masyarakat (siswa/guru/orangtua) memiliki persepsi bahwa nilai akademis adalah tolak ukur prestasi, kebanggaan, serta SATU-SATUNYA indikator dan ‘jembatan’ dalam meraih jenjang karir, prospek kerja dan kesuksesan finansial di masa mendatang.” (Itu singkatnya, untuk lengkapnya silahkan click disini).

            “Salah satu konsekuensi jangka pendek adalah dalam hal akademis dimana pelaku akan mengalami kesulian disaat dia benar-benar mengikuti sebuah ujian mandiri, kita bisa sebut SBMPTN atau ujian mandiri lainnya. Hal yang lebih ngeri lagi adalah konsekuensi dalam kapasitas mental. Seseorang yang terbiasa mensiasati sistem, mencari jalan pintas, menyogok, berkolusi... pada akhirnya membentuk pribadi yang serba instan. Bagi mereka yang terbiasa curang sejak menjadi pelajar, akan tetap terus berada dalam pola pikir untuk bisa “lolos” dari masalah dengan cara yang tidak fair. Sampai pada akhirnya akan tiba masanya mau gak mau pelaku harus membuktikan kemampuan yang “sejujurnya” ada dalam dirinya.”

            “Jadi menurut gua pribadi, budaya curang dalam dunia penididikan bukan soal gak jujur pada nilai akademis saja, tapi soal kebiasaan menumpuk masalah yang jauh lebih besar lagi di kemudian hari. Ujung-ujungnya, keputusan untuk jujur atau curang dalam jenjang akademis, pada akhirnya bukan demi siapa-siapa tapi untuk mengasah prinsip dan ketahanan mental lo untuk menghadapi masalah (baca: ujian yang jauh lebih besar) di masa depan.”

            So.... let see.... hal yang disebut “culture” ini positif banget (JELAS BANGET) = NEGATIF. Pengaruhnya buat pelaku gak cuma saat melakukan kecurangan mendapat dosa, tapi juga akan berkelanjutan sampai dengan nanti dia tua (dimasa depan). Jangan salahin Indonesia kalau negaranya gak maju-maju, negara ini, kini sedang berkembang, jangan dihambat dengan culture yang negatif, please. Integritas, integritas. Hiks, yang gini kok bisa jadi Culture!?

            Sudah tahu dusta itu berdosa kok masih dilaksanakan. Sudah tahu tempatnya orang berdusta di neraka kok masih mau coba-coba. “Yaudah. Nanti usai ujian gue tobat! Gampang kan?” Syukur kalau masih punya waktu. Kalau lagi nyontek tiba-tiba nyawa dicabut gimana? Bisa kasih jaminan kalau hari ini bukan hari terakhir hidup? Lagian, mau buat dosa kok direncanakan.

Astagfirullah hal adzim.

Astagfirullah hal adzim.

Astagfirullah hal adzim.

Sudah, yah. Jangan deh, jangan dusta. Berat dosanya. Percaya deh sama Allah SWT. Yuk Jujur aja.

Dalam hadist dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta. Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda,

“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim).

Semoga hadits tersebut dapat menguatkan iman kita untuk senantiasa jujur dalam hal kebaikan. Semoga apa yang kita perjuangkan mendapatkan hasil yang terbaik sesuai dengan usaha dan doa kita. Aamiin Allahuma Aamiin.

Dengan Senang Hati Kembali Kasih,
Always be #positive and Salute!
Wassalamu’alaikum Warrahmatullah Wabarokatuh.



***

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

Every Day's

Allah Dulu, Allah Lagi, Allah Terus. Always be #positive and Salute! ^^

Translate

Ads Day's