Allo?
Sebenernya udah
lama banget pengin nulis cerita ini tapi emang belum tergerak aja sampai
akhirnya ayeuna aing ngetik! Gue mau
cerita tentang pengalaman gue gak sengaja jatuhin ponsel/hape/smartphone/zenfone or whatever u name it.
Cerita ini berlatar di indekost gue akhir bulan Oktober 2019, jadi waktu sore
itu langit mulai mendung terus gue inisiatif untuk ngangkat jemuran dong di rooftop (kali je hujan). Setelah gue angkut semuanya gue mulai jalan nurunin
tangga, sebagai gambaran ya ini tangga lebarnya paling cuma 1 meter doang jadi
lumayan sempit, sampe-sampe gue kesusahan kalau tiap mau njemur kasur gue di rooftop (susah naikinnya, apalagi nggotong turunin tangga, eh malah cerita yang
lain haha). Nah terus waktu lagi jalan beberapa langkah aman-aman aja, gue
coba masukin hape yang dari tadi gue pegang (soalnya waktu itu gue sambil
dengerin musik juga) ke dalem kantong celana karena mulai kerepotan bawa
jemuran. TAPI EH! Pas gue coba masukin, ternyata gak masuk (eh anjir gimana ya ceritainnya? Haha)
jadi pas gue coba masukin ke kantong celana sebelah kiri ternyata itu losss aja
jatuh kebawah (yakali kee~). Panik
dong! Tapi kok Spotify masih beroperasi. Jadi beneran musiknya tuh masih ke-play gitu. Alhasil gue lempar dulu noh
jemuran ke atas kasur, sedangkan hapenya gue coba lihat sekiranya ada yang
pecah atau retak engga. DAN ADA DONG! Huhuuu.
Oh ya FYI
smarphone gue itu Asus Zenfone Zoom S yang mana screen-nya itu udah pake Corning
Gorilla Glass 5, which is
harusnya aman-aman aja kalo jatuh & sebelumnya gue udah pernah jatuhin (tanpa sengaja pastinya) dan gak ada
retak apalagi pecah di layarnya, NAMUN KALA ITU it’s tottaly different. Setelah gue lihat dibawah lampu belajar ternyata
ada retak di bagian kiri layar, kemungkinan karena waktu jatuh itu bagian yang
pertama kali menghantam tangganya (soalnya
setelah jatuh itu hp posisinya tengkurep di anak tangga & karena jatuhnya
itu cuma dari ketinggian satu meter dari anak tangga yang gue pijak, jadi engga
langsung ke lantai paling bawah). Habis kejadian itu gue bingung dong, mana
gak ada orang lain di kost, terus juga gak ada WiFi, yaudah lanjut ngelipetin pakaian yang tadi gue angkat (walau kenyataannya gue dag-dig-dug gelisah).
Jadwal untuk
hari besoknya itu cuma ada kuliah tamu, yang mana bisa agak santuy walaupun
jujur ya gemes aja eh! Ada aja cobaan begini! Selama kuliah tamu bisa dibilang
gue agak gelisah soal gimana caranya benerin ini smartphone, karenanya gue pinjem smarphone temen dong buat riset & cari tahu di Google dimana
tempat service smartphone di Malang.
Setelah nemu beberapa akhirnya gue coba contact
satu tempat service smartphone &
Alhamdulillah lumayan deket dari kampus. Jadi sewaktu gue hubungi nomor tempat service itu gue bilang aja sekiranya
bisa ngga benerin smarphone yang mati
tapi hidup haha (maksudnya ya gue jelasin
dimana kondisi smartphone gue itu layarnya hitam/mati, namun masih bisa terima
call & messege, play Spotify dan lain-lain asalkan dikontrol pake Google
Command “Ok Google blablabla” itu loo). Tapi justru disarankan untuk
langsung datang ke tempat service
mereka biar lebih clear jelasin &
bisa dikasih tahu langsung perkiraan biaya perbaikannya. Disatu sisi gue lega,
seneng sedikit karena at least ini smartphone masih bisa dibenerin alias
gak perlu beli baru, walaupun disisi lain temen-temen gue bilangnya mending
beli baru aja karena kemungkinan biaya service
smarphone apalagi kendalanya di layar itu hampir mendekati harga smartphone baru (hadeewwwh! Tambah gemay aing! LOL).
Sembari nunggu
kuliah tamu selesai gue justru pake wakunya buat riset gimana caranya benerin smartphone gue sendiri, gue cari artikel
& video terkait secara online pake
smartphone temen gue tentunya,
sembari ngetes beberapa kali gue call
& sent messege ke smartphone
gue dan hasilnya notification light
gue masih nyala. SIP, GUE YAKIN INI MASALAHNYA CUMA DI LAYAR! Ditambah sewaktu
gue berselancar di Google, gue nemu tuh baik artikel maupun video tentang cara
mengatasi hape mati tapi hidup. Namun sebagai antisipasi tidak mau terbohongi saat nanti berkunjung ke
tempat service gue juga coba searching
di e-commerce sekiranya berapa harga
layar & touchscreen Asus Zenfone
Zoom S dan hasilnya ada dengan harga mulai dari Rp. 495K-800K (saat gue lihat ini gue bilang SUBHAN ALLAH
:D lumayan juga ya huhuuu).
Oke, kuliah
tamunya dah selesai, gue langsung pulang untuk ganti pakaian dan taruh barang. Udah
itu gue langsung pinjem motor temen indekost gue untuk otw ke tempat service
smartphone yang udah gue hubungi sebelumnya. Sesampainya gue di lokasi gue
langsung bilang kalau gue customer
yang udah hubungi via Whatsapp pagi
tadi. Setelah panjang x lebar x tinggi jelasin smartphone gue yang mati tapi hidup, mas-nya bilang kalau ini bisa
diperbaiki dengan catatan sebagai diagnosis
awal smartphone gue itu emang
kendalanya hanya di layar & touchscreen-nya
yang retak, yang mana artinya mas-nya ini gak bisa jamin kalau nanti setelah
direparasi layar & touchscreen-nya,
smartphone gue gak punya kerusakan
yang lain (WAH, dititik itu gue makin
gambling untuk mau perbaiki smarphone gue karena gak ada jaminan yang pasti).
Terus gue inisiatif untuk tanya perkiraan biaya reparasi layar & touchscreenya berapa? Dan mas-nya bilang
ada dua pilihan biaya, pilihan pertama itu Rp. 1.200K + Garansi 1 bulan dan
pilihan kedua itu Rp. 1.000K + Garansi 2 Minggu yang mana bisa mereka kerjain
hari itu juga jadinya gue tinggal tunggu besok dan dijamin selesai (DITITIK INI GUE BILANG DALEM HATI KAYA MASYA
ALLAH, SUBHAN ALLAH KOK MEHONG BET & KOK SERASA PERKATAAN TEMEN-TEMEN GUE
SEBELUMNYA TERVALIDASI DENGAN HALUS). Lanjut, gue Tanya soal harga kalau
nggak pake garansi dan dijawab paling ya Rp. 900K. Gue agak mikir sejenak saat
itu karena sebelumnya itu kan gue udah coba riset harga layar & touchscreen Asus Zenfone Zoom S di e-commerce dan faktanya sekarang itu
jadi terlihat LEBIH MURAH Hahaha. Oke, setelah memikirkan hal ini-itu, gue
dengan berani tanya
“Bisa lebih murah nggak mas?” dan malah dijawab.
“Udah
Nett mas, tapi sebagai jaminannya kalau jadi nanti kami pastiin kalau itu
rusaknya memang hanya di layar & touchscreennya aja. Seandainya nanti ada
kerusakan lain kami coba perbaiki tanpa biaya tambahan” kata mas-nya
mencoba meyakinkan gue.
Di saat itu gue
mikir sejenak dan malah bergumam kaya Loh,
kok berani gitu ya? Masa sih kalau ada kerusakan lain mereka mau tanggung (gak
ada biaya tambahan untuk kerusakan lainnya seandainya gue deal dengan mereka)”
yang mana dengan pernyataan tersebut semakin meyakinkan gue kalau sebenernya problem smartphone gue itu cuma ada di
layar & touchscreen-nya. Setelah
gue menimbang ini-itu, memperkirakan harga yang gue harus keluarkan, sekiranya
worth it apa engga ini smartphone gue
dibenerin akhirnya mengacu pada pertanyaan,
“Mas,
sekiranya kalau saya bawa sparepart (which mean is) Layar & Touchscreen
smartphone saya sendiri bisa? Perkiraan biaya pemasangannya berapa ya? Terus
berapa lama waktu pengerjaannya?”
Setelah
mengajukan pertanyaan ini kemudian mas-nya kaya diskusi sebentar gitu di belakang
sama temen kerjanya dan kemudian setelah beberapa saat mas-nya bilang,
“Bisa mas, biaya pemasangannya Rp. 50K namun
tidak ada garansinya, kemudian untuk pengerjaannya itu cuma satu hari bahkan
kalau mas mau, mas bisa bawa sparepart-nya kesini dan tunggu pemasangannya.”
Nice, dengan perasaan cukup lega &
masih penasaran terus gue okein aja deh. Setelah itu gue pulang ke indekost
untuk istirahat selagi cari referensi lain dimana gue berencana untuk cari
tempat service smartphone lain
sebagai pembanding harganya (just siapa
tahu ada yang lebih murah).
Tibalah di hari
berikutnya dimana gue berencana untuk ke tempat service smartphone lain yang sumbernya gue dapet dari internet, ada
beberapa yang gue temuin tapi yang gue datengin kali ini yang rating-nya paling tinggi karena review-nya lumayan bagus namun lokasinya
lumayan jauh dari kampus. Sesampainya di tempat gue mulai aduan gue tentang smartphone gue yang mati tapi hidup
lengkap dengan pertanyaan-pertanyaan yang kemarinnya gue tanyakan di tempat service smartphone yang pertama. Ahasil
yang gue temukan justru disini biayanya LEBIH MAHAL (Rp. 1.300K + TIDAK ada
garansi terus seandainya gue bawa sparepart-nya
sendiri biaya pemasangannya Rp. 100K). Simpelnya gue ambil brosur tempat service tersebut & gue cabut pulang
ke indekost untuk kemudian melanjutkan riset gue tentang menimang-nimang “What
is the best plan to fix my daily driver?!” disisi lain gue menemukan
keanehan-makluman dari kedua tempat service
smartphone yang gue kunjungi dimana setiap gue tanya tempat dimana gue bisa
beli sparepart-nya tanpa melalui
mereka selalu jawab “GAK TAHU” TAPI kalau gue tanya dimana
mereka dapetin sparepart-nya kalau
gue jadi service smartphone di mereka
mereka dengan gampang jawab “KITA
DAPETNYA DARI GUDANG KITA DI MALANG” Baikkk, gue menganekan sekaligus
memaklumi mereka sebagai service seller
yang tentunya mau untung, but dude I’m
not dumb yea.
Dengan demikian
gue MENYIMPULKAN dan YAKIN untuk beli sparepart-nya sendiri kemudian pasangin
di tempat service smartphone yang
pertama kali gue datengin. Alhamdulillah-nya dari serangkaian ini gue punya
tabungan darurat of course for my urgent
things. Hari selanjutnya gue coba cari & bandingkan antar e-commerce terkait dengan seller yang memliki rating bagus & barang yang punya review paling baik. Ketemulah satu di e-commerce hijau dengan harga layar & touchscreen Asus Zenfone Zoom S Rp. 495K + Ongkir jadi total Rp.
520K. Yap, Bismillah saat itu juga gue pesan barangnya. Perkiraan sampai
barangnya itu 3-4 hari dan di hari ke-6 gue berkomunikasi tanpa smartphone
barangnya datang dengan packaging
yang aman lengkap dengan bubble wrap.
Gue excited waktu itu sembari
dag-dig-dug karena masih berharap banget ini smartphone kendalanya cuma di layar.
Oke, sepulang
kuliah yang kebetulan hari itu hanya setengah hari, siangnya perkiraan pukul 1
gue berangkat ke tempat service
smartphone yang pertama kali gue datangi. Sesampainya gue datang, gue
langsung ceritain ulang kendala smartphone
gue karena orang yang ada di tempat service
beda dengan mas-mas yang waktu itu gue temuin. Setelah deal, gue keluarin smartphone
& sparepart-nya, gue kasih ke mas-nya yang saat itu bekerja terus gue
izin untuk lihat proses pengerjaannya dan Alhamdulillah diizinkan. Selama
pengerjaan gue jujur gemay & deg-degan karena sepenglihatan gue
pengerjaannya kurang hati-hati, bahkan beberapa kali gue ingetin untuk lebih
pelan karena jelas dong gue gak mau ada kerusakan lain yang justru nambah saat
pemasangan. Dan yeah, untungnya gue amatin dari awal sampe sekitar 1,5 jam pemasangan
smartphone-nya gue coba dan semuanya
nampak lancar at least sampai gue
nyadar kalau lensa kamera depan gue ketutup lem dari dalem layar yang
menyebabkan gue harus complain &
nunggu lagi smartphone gue dibongkar
& pasang lagi. Setelah selesai gue coba cek lagi semua fungsinya, pastiin
bener-bener kalau gak ada masalah selain sebelumnya ada di layar dan touchscreen-nya tadi. Oh ya btw gue cek segala fungsi setiap fiturnya
pake kode yang mana kalau di Smartphone
Asus itu via Kalkulator terus tinggal
ketik “.12345+=” (Titik,
Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Tambah, Sama Dengan) yang mana akan
memunculkan menu SMMI TEST baru,
terus kalian bisa pilih test semua fungsi
fitur di Smartphone Asus kalian.
Singkat cerita setelah gue test semua
fiturnya dan semuanya berjalan dengan baik, JUJUR GUE LEGA SEKALIGUS SENENG!
Tercatat sampai
dengan gue nulis cerita ini Alhamdulillah smartphone
gue lancar jaya sentosa (bekerja dengan baik). Mulai saat itu gue berasa nyesel
untuk ngelepas silicon case bawaan
Asus Zenfone Zoom S gue karena emang udah butek banget warnanya. Tapi seminggu
setelah smartphone gue diperbaiki gue
langsung beli case baru untuk
pengamannya. Wah, gue ceritanya beneran panjang x lebar x tinggi nih tapi
gapapa lah, karena sebenernya gue nulis ini selain ditujukan untuk gue pribadi
sebagai pengingat dan gue dedikasikan kepada kalian/teman kalian yang mungkin
mengalami masalah yang sama walaupun tentunya gue tidak mengharapkan hal itu
terjadi pada temen-temen/pembaca Someday.
Dari pengalaman ini gue belajar banyak hal, mulai dari riset diawal/sebelum gue
ke tempat service, pergi ke lebih
dari satu tempat service smartphone
(membandingkan dua tempat) itu penting banget karena dari situ gue bisa lebih
bijak mengambil keputusan dibuktikan dengan gue merasa pilihan untuk beli sparepart sendiri baru kemudian ke
tempat service smartphone hanya untuk
masangin aja itu sangat-sangat WORTH IT & GREAT CHOICES!
Masih kurang
yakin? Saran gue YAKIN AJA & JADI SMART
CUSTOMER. Karena nih ya sebernernya itu ada cerita lain, dimana sewaktu gue
lagi nungguin smartphone gue dirakit
itu ada customer lain yang punya
masalah terkait dengan baterai laptopnya yang bocor (gak bisa dipake kalau
laptopnya nggak sambal di charge) itu
datang kemudian langsung Tanya harga & langsung deal-deal aja, padahal dari situ gue denger tempat service ini tawarin biayanya Rp. 500.000
which is menurut gue itu gak worth it, karena sebelumnya gue
mengalami masalah yang sama dimana baterai laptop gue bocor sejak 2016 tapi gue
gak langsung ke tempat service,
justru gue malah riset dan beli sendiri baterainya dengan harga dibawah Rp.
200K via e-commerce dan gue baru
melakukan itu seminggu belum gue denger sendiri kejadian ini. WAW bisa hemat
lebih dari Rp 300K dong! Tapi lagi yaaa, gue juga kurang tahu apa urgensi daru customer laptop baterai bocor, siapa
tahu emang butuh dalam waktu yang sesingkat-singkatnya sehingga waktu itu
langsung deal aja gue tahu kok tempat
service kaya gini pasti cari untung
dan gak mungkin gue bilang ke customer
laptop baterai bocor itu untuk cancle
pembeliannya dari tempat service
tersebut dan nyuruh beli baterai laptop sendiri via e-commerce seperti apa yang gue lakukan hehehee.
Terakhir ya, gue
mau bilang Terima Kasih ke temen gue yang mau minjemin smartphone-nya buat riset terkait smartphone yang mati tapi hidup LOL
(masih aja gue nyebutnya gitu hahaha)
& temen yang minjemin smartphone-nya
untuk membantu gue hubungi orang tua. Oh ya maaf banget gue gak bisa langsung sebut
nama tempat service smartphone
pertama & kedua karena gue gak mau menimbulkan asumsi negatif terkait
pelayanan di tempat service tersebut
(TAPI kalau kalian emang butuh tahu alamat-nya, kalian bisa contact gue via Instagram atau bahkan secara langsung biar lebih enak. Insyaa
Allah gue bantuin).
Dengan Senang Hati Kembali Kasih,
Always
be #positive and Salute!
Wassalamu’alaikum Warrahmatullah
Wabarokatuh.
Setiap
orang (kalau lo belum termasuk, sekarang
masuk! haha) punya cara yang berbeda-beda untuk ngasih reward ke diri sendiri, untuk apresiasi dirinya sendiri. Ada yang
cukup dengan bilang “TERIMA KASIH” secara rutin (daily), tapi ada juga yang kasih reward dengan cara beli jajan, makan-makan, jalan-jalan, liburan, shopping, bahkan tidur nyenyak nan pulas.
Kalau lu nanya (padahal enggak haha), Gue sendiri orang yang suka kasih reward ke diri sendiri dengan cara
bilang “Terima Kasih” as routine and buy
something (biasanya barang, terus via online). Kenapa? (iya tahu, nggak ada yang tanya tapi gue
pengin cerita aja! Tolong mengerti) jawabannya karena setidaknya bisa tahan
lama & kelihatan mulu/bisa gue pake. Misalnya untuk tahun ini gue dah kasih
reward ke diri gue berupa beli beberapa
furniture/printilan IKEA (terutama
kaya table top yang sekarang gue pake
buat kerjaan sehari-hari mulai makan sampai ngerjain tugas, termasuk nulis ini),
ada juga totebag LOQI & gantungan
tas (ini nih reward buat diri gue
karena berhasil merealisasikan resolusi gue untuk Go-Intenational tahun ini), ada juga yang paling baru Jam Tangan
(setelah hampir 1 tahun gue gak pake karena yang lama itu rusak, akhirnya YASS
Alhamdulillah kebeli juga!), ada juga reward
kaya ngecat ulang kamar diawal semester ini juga gue jabanin, JUJUR gue
bersyukur & seneng banget!
Tapi
nih ada beberapa alasan yang buat gue perlu waktu untuk akhirnya kasih reward misalnya kaya table top IKEA & jam tangan yang gue
dah ceritain tadi, salah satunya karena gue belum punya penghasilan tetap (I mean kaya ada tapi masih sedikit, tapi
Alhamdulillah hehe). Jadi untuk gue bisa kasih reward ke diri sendiri, gue putuskan untuk mulai nabung. Gue mulai
nabung sejak semester 1 (which is FYI
sekarang gue dah semester 3) tepatnya waktu tanggal 11 November 2018, dimana
gue ngerasa “eh, hari ini harbolnas tapi
kok gak punya duit, tapi kok diskonnya gede-gede” waktu dimana gue pikir
itu adalah waktu yang tepat buat kasih reward
ke diri sendiri, tapi apa daya karena waktu itu gak ada duit lebih jadi gue gak
bisa beli apa-apa buat diri sendiri.
Terus
dari mana lu bisa nabung, padahal belum punya penghasilan tetap? Bisa dong! Caranya Ber-HEMAT! Yass! Dari apa yang gue
tahu & gue tonton dari video bang Raditya Dika – 15 Tips Ngatur Duit Ala
Raditya Dika (ini link video-nya), Bang Radit bilang “Hubungan keuangan pribadi yang sehat adalah untuk tahu bahwa uang
masuk harus lebih besar dari pada uang keluar” yang mana kalau sekarang gue
belum punya uang masuk, at least gue
harus memperkecil/menekan uang keluar (make
sense kan? HAHA). Detilnya gue berhemat dengan cara cuma ngeluarin duit 4K
alias 4.000 rupiah setiap harinya untuk beli makan (lauk makan, soalnya nasi
gue masak sendiri & berasnya itu gue hitung gratis karena gue bawa dari hometown). Jadi selama hampir satu tahun
kebelakang, gue konsisten untuk hidup hemat, dimana Rp. 4.000 itu gue pake buat
beli lauk makan gue buat satu hari. GOKIL
GAK TUH? BHAHAHAHA.
I
know guys/girls, maybe some of you think that
“itu mah bukan hemat, itu mah nyiksa diri,
gak sehat, & blablablablaa” karena
emang pengalaman gue juga pernah beberapa kali cerita akan hal ini ke
temen-temen gue dan reaksi mereka ya “wah
kok bisa!? / Segitunya VIN! / Itu mah nyiksa diri lo! / Pelit banget Ya Allah
sama diri sendiri…” But FYI again selama
ngejalanin (satu tahunan ini) gue masih gak apa-apa dengan itu, terus juga
karena gue merasa perlu melakukan itu biar bisa saving money biar bisa beli sesuatu/apalah itu yang gue anggap
sebagai reward untuk diri gue sendiri.
Terus gue sendiri dengan kesadaran penuh SIAP untuk menjalani kehidupan
tersebut at least sampai batas waktu
yang tidak ditentukan. YANG MANA gue
rasa batas waktu itu cukup sampai sepulangnya gue dari SG awal bulan Oktober
tahun ini. Gue mulai ngerasa bosen sama lauk apa yang gue makan. Okelah, untuk
seminggu setelah gue pulang dari SG gue enjoy
bahkan nikmatin banget makan-makanan tersebut karena pada dasarnya gue kangen
VANGET masakan indo. Tapi mulai minggu kedua rasanya semua lauk serba 4K itu
rasanya hambar (Sekarang tanpa makan gue bisa
ngebayangin gimana rasanya)*.
*Please, ini gak
ada maksud untuk menghina makanan yaw, ini pure karena gue dah terlalu sering
makan menu yang itu-itu terus. Lagian lauknya emang enak & gue juga selalu
rotasi menunya setiap hari.
Yup! Setelah minggu-minggu itu gue mulai
masak lauk sendiri setelah sebelumnya cuma masak di hari minggu karena cuma di
hari tersebutlah si ibu penjual lauk 4 ribuan nggak jualan (pernah gue tanya kenapa
& jawabnya “Hari Minggu itu hari buat
anak & keluarganya, jadi libur”). Mulai dari masak yang biasa kaya MASSSSAK
AER!!! hahaaha, sampe masak olahan tempe, tahu, telor, mie dan baru nih minggu
ini gue coba masak olahan ayam! Hasilnya gimana? Jujur mah ngerasain juga yang
namanya masakan gosong karena api kompor kegedean sampai dapur indekost legit hampir kebakaran karena lupa
matiin kompor ROTFL. Tapi sekarang-sekarang
mah gak lagi ;) ASLI BARU SADAR KALAU
MASAKAN SENDIRI TUH EMANG BISA ENAK VANGET~
Sekarang gue lagi seneng-senengnya nih makan
masakan sendiri, karena sekarang kan resep gampang dicari, remake beberapa menu source
from Youtube juga bisa banget (Special
Thanks to Willgoz Kitchen). Terlebih sebenernya yang buat gue bersyukur
banget adalah ibu kost gak pernah complain
kalau gue sering masak (tapi gak tahu sih kalau setelahnya ngomongin
dibelakang WKWK atau mungkin yah, itu cara dia diemin gue tapi malah guenya gak
peka-peka anjir! LOL). Terus gue juga malah belajar banyak kan tentang
masak-memasak sebagai bekal menjadi suameee idaman tea~ Dan intinya sekarang
mah gue ngerasa lebih sehat karena gue sendiri yang atur pola makan termasuk
apa yang gue konsumsi.
Gue sekarang paham kalo emang bener sih
prinsip yang Bang Raditya Dika bilang ‘bout
gimana cara ngatur duit it’s TRULY
WORKS, tapi emang guenya aja yang waktu itu keliru dalam memahami
sehingga jatuhnya gue malah kaya pelit ke diri sendiri. Gue emang harus hemat,
tapi gue juga harus sehat. Jadinya sekarang gue pikir gue harus bener ngatur
keuangannya dengan cara bukan cuma berhemat, TAPI JUGA MENCATAT! serta make sure jiwa & raga gue sehat. Selama
setahun kebelakang gue sama sekali gak catat pengeluaran, dan progresnya bulan
kemarin gue mulai catat semua pengeluaran apapun itu setiap hari biar gue bisa
tahu & pegang kendali dari mana uang gue masuk dan kemana uang gue keluar. Kabar
baiknya juga ternyata dari gue masak sendiri pengeluaran gue gak yang mbengkak
banget, bahkan untuk sekali masak satu menu,
total cost for ingredients dkk gue bisa bilang masih lebih terjangkau dibanding
kalau gue pesan makanan or even cheaper
than your cup of coffe upsss~
Terkait rewards, Alhamdulillah gue tetap
rutin saying THANKS TO MY SELF-I LOVE MY
SELF AND I DON’T NEED ANYBODY ELSE HEYY! (gue coret karena itumah lagu hahaha). Sedangkan
untuk reward yang bentuknya kaya barang gue juga mulai pertimbangin lagi karena
gue juga dalam proses untuk terapin prinsip hidup minimalist dan gue sekarang coba kasih rewards yang sifatnya experience
kaya traveling/ikut lomba-lomba ke
luar negeri (kalo bisa yang GRATIS/FULLY FUNDED). At least but not last dari
pelajaran hidup ini, berikut pesan dari gue:
“Baiknya rutin
bilang terima kasih dan maaf ke diri sendiri sebagai apresiasi/reward. Inget
ya, hemat itu keren! tapi kalau keterlaluan & buat kamu pelit sama diri
sendiri mah gak sehat. Yuk perbaiki lagi mindset, hemat & sehat itu harus
beriringan, mumpung masih di akhir tahun nih, belum di akhir hayat. Semangat!”
In Antara Aku dan Tuhanku Cinta Allah Bersamamu Lomba Review Buku Cinta Allah Bersamamu Nadhira Arini Someday
Cinta Allah Bersamamu (Senantiasa)
Posted on Sunday, May 26, 2019
Assalamu’alaikum Warramatullah
Wabarokatuh,
Allo?
Sekali lagi,
bahkan berkali-kali (lagi) aku makin percaya kalo “konsisten” itu tidaklah
mudah. Tapi yaudah, terima kasih Kevin, kamu sudah berusaha. Oke, kali ini aku akan
coba review sebuah buku, walauuu *disclaimer
ya kalau aku bukan orang yang bisa detail untuk me-review sebuah buku. Buku ini berjudul “CINTA ALLAH BERSAMAMU”
bukunya ditulis oleh kak Nadhira Arini (@nadhiraarini) dan diterbitkan oleh
Sinergi Edukasi Indonesia. Awalnya aku tahu kak Nadhira Arini itu dari teman
yang repost instagram stories-nya, di IG (yaiyalaaa~), terus karena setelah aku
baca-baca postingannya dan aku nemuin postingan yang jujur buat healing banget buat hati adem.. then
“Tap”, Follow deh…
Eh, back to topic! Alhamdulillah aku sendiri
dapet buku cetakan pertama-nya, IDK
rasanya pengin langsung baca karyanya waktu itu, sayangnya buku pertama kak
Nadhira dah lama release (alhasil nyari juga udah gak ada yang buat). Tahu
kabar buku #CintaAllahBersamamu ini mau release, langsung deh ikut PO-nya.
Lumayan nunggu sii, agak lama juga soalnya. Tapi-tapi-tapi, Masyaa Allah buku
ini Allah hadirkan diwaktu yang tepat, disaat hati lagi gundah dan saat aku
butuh banget untuk “disembuhkan” dari rasa keraguan yang mulai buat aku merana.
Alhamdulillahi
‘alaa kulli haal, Jazakillah khairan katsiro Kak Nadhira. Atas izin
Allah tentunya, karyamu ini “very meaningful”
untuk aku pribadi dan keluargaku. Buku setebal 208 halaman itu serasa jadi “sosok”
yang secara gak langsung bilang ke aku untuk inget lagi, untuk resapi lagi,
untuk tidak pernah lagi menyangkal bahwasanya Cinta dan Kasih Sayang Allah
sangat-sangat luar biasa! Jujur pertama kali baca buku ini itu di dalam masjid,
waktu itu IDK WHY? Beneran deh, ada
hasrat untuk baca buku ini ke tempat yang tidak biasanya aku baca buku. Jadi
aku datang ke masjid sebelum sholat dzuhur, kalau gak salah waktu itu kira-kira
sekitar pukul setengah 9 atau 10 gitu. Sesampainya di masjid, jelas sepi dong~
dan justu jadi nyaman banget untuk baca buku, ditambah angin dari luar masuk
ke dalam masjid (jadinya sepoi-sepoi tapi gak bikin ngantuk) nyaman banget
intinya.
Halaman demi
halaman aku baca santai karena memang secara tulisannya menurutku nggak terlalu
berat, spacing antara kalimatnya juga
pas aja dimata. Oh ya ada rules-nya
untuk baca buku ini (How To Read This
Book gitu) jadi bacanya disarankan-sangat untuk berurutan karena sudah
disusun sedemikian rupa alurnya, biar paham bener kalau bacanya gak
lompat-lompat. Seperti yang udah aku bilang, buku ini termasuk bacaan ringan,
tapi rasanya setiap tulisannya punya peran masing-masing untuk buat pembacanya
mengulik lagi tentang dirinya, aku aja jadi ingat-sekaligus istigfar (terus-terusan) tentang
dosa-dosa yang pernah aku lakukan, bak risih, “kapan ya Allah kabulin doa aku?
Kenapa lama banget terkabulnya?” Even disaat udah terkabul, aku tetep kurang
bersyukur dengan bergumam “Ya Allah kenapa baru terkabul sekarang”. Selain itu,
kata-kata kak Nadhira di buku ini menenangkan, jadi seolah kita sebagai pembaca
gak cuma dibuat sadar (read: ditampol) dengan dosa yang sudah diperbuat, tapi juga turut ditenangkan kalau “Allah never gives up
on you, Allah always by your side, Allah hears every cry, He knows how hard we
try, Allah selalu ada untukmu, ” dan lainya.
Karena itu juga
buku ini lebih nyaman kalau dibaca sambil dengerin murotal Al-Qur’an (Pengalaman mengajarkanku demikian). Selain
menenangkan, secara langsung efeknya buat mental kita yang (mungkin) sedang
kurang sehat, langsung Allah bantu sembuhkan. Sebagai variasi dan penggambaran
rasa dari kata-tulisannya, dibeberapa halaman juga terselipkan foto dan
ilustrasi dari kak Nadhira yang ngasih karakter dan gak buat bukunya jadi plain banget.
Cinta Allah
Bersamamu ini menyadarkan benar, realita sesungguhnya kalau cinta yang sejati,
cinta yang abadi hanyalah -untuk- dan -dari- Allah Subhanahu wa ta’ala. Bukan
maksudnya kita nggak boleh cinta ke yang lainnya, tapi secara harfiyah dan aku
sendiri yakin setiap mahluk hidup juga merasakannya: Cinta Allah merupakan
bagian dari ridho-Nya dan karena ridho-Nya itu kita bisa hidup di dunia serta di
akhirat dengan bahagia yang sebahagia-bahagianya (pokoknya Allah yang jamin
dengan segala kuasanya hidup kamu akan senang juga tenang). Beda banget gak sih
kalau kita cinta harta atau cinta manusia? Kita pasti tetep aja punya rasa
khawatir. Kita takutlah, kalau itu harta akan hilang, akan habis. Kita takut
dan was-waslah, kalau itu cinta manusia, cintanya akan pudar, akan dikalahkan
oleh cinta dari manusia lainnya. Namun Cinta Allah lebih dari itu semua,
banyaknya tak bisa dihitung! Undescribeable!
Bak kita yakin kalau Cinta-Nya tak tertakar, rezeki bahkan jodoh tak akan
pernah tertukar. MASYAA ALLAH.
Intinya aku
rekomendasiin banget buku ini untuk tidak hanya sekedar dibaca, tapi juga
dihayati serta diamalkan-diterapkan untuk bangun lagi, pupuk lagi kepercayaan
yang sudah kita miliki terhadap-Nya (Yang mau pinjam bukunya, boleh banget! Sent Kevin DM yaa?). Jujur sedih banget, baru tahu rasanya bisa tenang, bisa
ikhlas, bisa sabar, bisa yakin dengan terus berharap dan mempercayai terhadap
sesuatu yang tak terlihat-namun senantiasa ada di hati dan membersamai kita
sebagai hamba-Nya disetiap hembusan napas, setiap langkah serta setiap kali
kita merasakan “Alhamdulillah ya aku masih diberi kesempatan untuk merasakan
Cinta Allah Subhanahu wa ta’ala”.
Masyaa Allah,
Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar. Jazakillah khairn
katsiro kak Nadhira Arini, karena Allah melalui dirimu pembaca buku #CintaAllahBersamamu (terutama Kevin dan Ibunya) bisa menjadi insan yang Insyaa
Allah lebih baik! Tidak lebih baik dari orang lain tentunya, tapi dari diri
yang sebelumnya. Barakallahu fiik kak Nadhira Arini. J
Terakhir kak,
sedikit saran untuk bukunya, saya harap cover dan kualitas kertasnya bisa
ditingkatkan lagi ya. Secara design saya sudah suka karena simple dan tidak
terlalu girly (terlalu cewek gitu deh
maksudnya hehe). Saya juga berharap #someday, semoga Allah mudahkan serta
lancarkan untuk (mungkin, tapi hopefully)
kita bisa kolaborasi bareng untuk karya kak Nadhira selanjutnya. Aamiin
Allahumma Aamiin hehe.
Funfact kak, saya awalnya ragu untuk
menuliskan review yang malah jadinya seperti ungkapan tulisan ini hehe, tapi Alhamdulillah,
saya resapi lagi kalimat yang sudah kak Nadhira tulis dibuku ini untuk saya “Allah never gives up on you. Tuhanmu ini
percaya bahwa kau mampu.” Terima Kasih Kak Nadhira Arini, tentunya dapat salam
hangat dari Ibu Kevin yang juga sudah baca bukunya. Ibu titip ucapan juga,
“Jazakillah, karena bukunya jadi hadiah disaat yang memang ibu butuhkan”. ^^
Part favorite
tentunya Cinta Allah Bersamamu (Halaman 201). Doa saya juga sama, senantiasa beriringan
diantara doa yang lain:
“Kevin berdoa,
semoga kamu diberikan kecukupan oleh-Nya. Jika diberi ujian sakit, sakit yang
cukup. Sehingga kamu jadi belajar lebih menghargai bagaimana berharganya sehat
itu. Jika Allah berikan rasa sedih, sedih yang cukup. Sehingga kau masih dapat
melihat dan mensyukuri kebahagiaan-kebahagiaan kecil yang Allah berikan dalam
kehidupanmu.”
“Kevin juga
berdoa, semoga kamu diberikan kedua bahu yang cukup kuat untuk menopang segala
masalah yang menimpamu. Sehingga akan cukup mudah bagimu untuk berdiri tegak
saat berusaha menggenggam bantuan yang Allah berikan kepadamu. Semoga Allah
cukupkan cinta di hatimu kepada manusia. Sehingga hatimu lebih mudah merasakan
bahwa dengan Cinta Allah Bersamamu sudah cukup membuat kehidupanmu jauh lebih
bahagia.”
“Dan Dia (Allah) bersamamu di mana saja kamu berada.”
(QS. Al-Hadid : 4)
Dengan Senang Hati Kembali Kasih,
Always
be #positive and Salute!
Wassalamu’alaikum Warrahmatullah
Wabarokatuh.
Instagram Account : kevinwidgo
#Someday
#CintaAllahBersamamu
#LombaReviewBukuCintaAllahBersamamu
#AntaraAkudanTuhanku
Allo?
Hei, sudah lama... sangat
lama (seingatku) kita belum ngobrol bersama lagi, bahkan jujur aku sudah lupa
kapan itu. But, sebelum kamu bicara banyak. Aku mau bilang sesuatu :
“Terima Kasih & Maaf”. Kalimat itu singkatan dari semua unek-unek yang
ingin aku utarakan.
Terima Kasih; Alhamdulillahi ‘alaa kulli haal. Karena selalu belajar-berusaha jadi insan baik yang bermanfaat untuk mahluk lain selama ini. Aku apresiasi kamu! Salute sama kamu! Masyaa Allah, karena selalu ada dimana-pun (ya emang kita gak bakalan pisah sampai ajal menjemput), karena selalu jadi yang pertama untuk berdoa & mengusahakan apa yang telah aku doakan. Aku gak bisa melakukan apa-apa kalau kamu gak ada.
Maaf; Qodarullahi wa maa syaa-a fa’ala.
Aku seakan lupa (TERLALU SERING), seakan aku paling baik, terbaik
se-penciptaan-Nya. Aku sombong dan menganggap gak butuh kamu. Aku ini
perfeksionis, seakan-akan rancanganku ini pasti akan berhasil tanpa ada orang
lain juga kamu. Padahal, kenyataannya aku butuh sangat akan bantuan itu.
Jadi setelah 7.264 hari kita bersama, kita lahir, kita mulai berdoa dan
melihat dunia aku makin bersyukur masih diberikan kesempatan untuk terus
mengusahakan apa yang aku doakan, masih diberikan kesempatan untuk membantu
mahluk hidup lain, masih diberikan kesempatan untuk merasakan cinta dan kasih
sayang dari-Nya serta serta mahluk ciptaan Allah subhanahu wata’ala.
Entah Kapan Suatu Hari Nanti, Pasti. Someday,
~Aku dan kamu akan terpisah. Ajal akan menjeput dan apa yang kita lakukan
dipertanggungjawabkan. Jadi aku minta kamu untuk bisa sabar & ikhlas
memaafkan aku ini. Mari LILLAHI TA’ALA
lanjutkan selalu untuk terus belajar dan berusaha jadi insan baik yang
bermanfaat untuk mahluk lain. Jadi insan yang penuh akan kasih sayang dan
cinta. Jadi insan yang lembut, perhatian, kreatif, inovatif, tampan seperti doa
yang sudah orang tua kamu berikan dalam namamu.
Aku yakin kamu bisa!
BUKAN, bukan hanya kamu!
Tapi kita.
Sekali lagi (namun berulang kali banyak sekali berkali-kali) “KITA
BISA! LILLAH! Allah dulu, Allah lagi, Allah terus!”
Barakallahu fiik.
(aku tunggu balasanmu dalam setiap hembusan napas diiringi doa-doa indahmu,
diriku).
Dengan Senang Hati Kembali Kasih,
Always be #positive and Salute!
Wassalamu’alaikum Warrahmatullah Wabarokatuh.
Assalamu’alaikum
Warrahmatullah Wabarokatuh?
Allo?
“Gaes? Bukber yuk?!” ialah tema
percakapan yang mulai rame (read:
riweuh!) sebelum mulai bulan
ramadhan. Gue mengalami hal tersebut dari tahun ke tahun dan seringkali itu
hanya wacana yang sampe lebaran masih dibahas. Ya walau ada beberapa yang
biasanya terlaksana, padahal tanpa ada rencana.
Mm, tapi setelah beberapa tahun
ini gue ngerasain hal yang beda, mulai B aja sama yang namanya bukber. Lah wong 3 taun bukber terus neng ruang
makan kampus! hihi. Dan gue bersyukur karena mulai tak tergoda dengan
giuran bukber. Emang ya bisa ketebak dah, terlalu banyak menjunjung nilai
silaturahmi tapi seolah lupa syarat kalau itu malah buat dosa. Kalian tahu
“khalwat atau berkhalwat?” iya, dua-duaan yang ketiganya setan. Nah itu yang berdua
aja dihitungnya jadi tiga didampingi satu setan. Apa lagi yang rame-rame hiks.
“Ikhtilat” artinya percampuran.
Nah ini nih, yang rame di envirohment kita, sering banget nggak kita sadari loh
ya. Karena kurangnya ilmu dan godaan setan, kita terkadang kita terhasut oleh
hal-hal yang udah dianggap biasa, padahal lebih banyak mudharat ketimbang
manfaat. Astagfirullah...
Hal ini yang jadi alasan (fact) kenapa gue biasanya nolak (sorry) kalau diajak bukber. Sebelumnya gue
pastiin emang, susunan acara plus temanya ngapain, bareng siapa, tempat dan
terutama waktunya. Misal kalau emang acaranya cuma SMP (Sesudah Makan Pulang)
ya mending gak ikutan. Bersyukur dan sabar ekstra kalau ikut jadi panitia, bisa
langsung ngasih saran buat susunan acaranya. Dan kalau tetep riweuh, kudu ikhlas ambeh jadi ladang
rezeki.
Alhamdulillah dari keresahan ini
gue coba buat bukber plan. Bukber yang gak cuma SMP dan jadi ajang setan
rame-rame ikut bukber (nambah riweuh wae yeuh setan!). Insyaa Allah ini bisa
bermanfaat.
Pertama, susunan acara dan tema.
Yap, beneran deh, kalau bukber tuh cuma dateng, ngobrol, buka puasa, makan
terus pulang itu mendingan buka di rumah bareng orang-orang terkasih. Sebagai
alternatif kita bisa, coba bukber sambil ajak anak yatim-piatu, orang yang
kurang mampu biar kita makin bersyukur. Ditambah kalau acara bisa mulai dari
shalat ashar berjamaah, dilanjutkan dzikir sore wuih Mantap! Selain itu bisa
juga dengan bagi-bagi takjil, bagi sembako atau bahkan kalau mau lebih gampang
juga bisa dengan langsung aja kita sediakan nasi box + takjil buat orang-orang
yang beribadah di Masjid. Dengan demikian, kita cuma tinggal infaq buat dananya,
ingat hadist “Siapa yang memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala
seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang
berpuasa itu sedikit pun”. Masyaa Allah.
“Lah itu mah ya bukan bukber!” Ya
tetep bukber atuh, Bukberin orang
shaleh-shaleha sayang *ting. Jangan lupa juga susunan setelah acara makan
juga harus ada, kan bisa tambahin shalat jamaah isya dan tarawih. Jangan sampai
bablas, sayang. (yah, sayang lagi, jadi tambah sayang wkwk).
Kedua, bareng siapa bukbernya.
Nah ini nih, yang biasa terjadi mah ikhtilat (bareng siapa aja, kemana aja,
terus nyampur sama setan-setannya ikut nyampur. Eh serem juga yak?!).
Nauzubillah. Biasanya gue bakal tanya,
kalau misal bukber kelas atau angkatan gitu walaupun campur, ada pembatas gak?
Si mantan ikut gak? (*eh, gubrak! Wkwk). Ya tetep lah, kudu dipisah (kudu = harus)
sekalian jaga pandangan dan biar gak salah fokus. Kan makannya jadi nikmat.
Terus yang diobrolin juga harus berfaedah yah. Jangan baru ketemuan setelah
sekian lama, basa-basinya malah body
shamming atau malah lebih parah sex
harrashment. Beneran deh, basi banget. Ketahuan lah orang yang omongannya
berbobot baik. Dan jangan ghibah ya, kalau gue lebih suka bahas topik tentang
nikmat Allah dan problematika hidup secara umum.
Satu lagi, ponsel di silent,
dikumpulin di tengah.
Ketiga, tempat. Ini nih yang kadang
seleranya beda-beda, mau makanan inilah-itulah. Asa kalau dipikir mending bawa
bekel masing-masing terus tinggal dimakan bareng wkwk. Tempat jadi hal yang
penting dan harus dipertimbangkan banget. Apakah tempatnya di rumah makan, biar
simple dan tinggal pesen. Kalau iya jangan lupa “booking” tempat yah (Urusan panitia nih). Walaupun simple tapi juga
harus dipikirin itu ya tempat shalatnya, memadai atau tidak. Sekiranya bisa
tetap menjalankan ibadah wajib gak, jangan sampai lupa ini. Apalagi kalau yang
ikut banyak, kan gantiannya itu nguras waktu lama.
Keempat, waktu. Penyusunan waktu
juga penting agar target bukber terlaksana dengan baik. Bukan cuma waktu di hari pelaksanaan aja loh,
bisa banget dari sebelum ramadhan buat target. Kalau misal kelas atau angkatan
mau ngadain bukber. Semua yang menyangkut kegiatan bukber harus ditarget, misal
awal sebelum ramadhan cek siapa aja yang mau ikut. Selanjutnya cek tempat, menu
dan lain sebagainya. Biar apa? Ya biar nanti gak cuma wacana, rencana itu kudu
bener-bener mateng.
Ya gue sih kurang setuju kalau
ada orang yang bilang, “Udah, bukber mah gak usah direncanain, nanti malah
gagal”. Dan gak cuma buat bukber aja ya. Kalau pendapat gue mah, kalau suatu
rencana gagal, berarti memang perencanaannya belum matang. Setiap rencana kan
harus ada back up-nya. Setelah back up juga ada back up lagi. Misal gagal bukber bulan ramadhan, bisa ganti makan
bersama usai lebaran. Kalau gagal lagi ya buat aja bukber plan yang lebih matang untuk acara selanjutnya. Semoga diberikan
kesempatan. Aamiin yaa Rabb.
Nah itu bukber plan gue, ada sebenernya tips lain. Tapi coba deh kalian tambahin
di kolom komentar ya? Ingat! Biar bukber bisa sesuai dengan syariat tanpa
mendatangkan mudharat.
“Nah tapi gini, ditempat gue itu panitianya
susah diomongin. Terus gue harus gimana? Ikut aja atau gak usah?” Bismillah,
kalau memang sulit, gak usah! Tapi kalau masih bisa diajak diskusi sambil
diarahkan ke jalan yang Insyaa Allah benar, why
not!? “Setidaknya kau pernah berjuaaaang...” (awas nyanyi loh wk)
Bukber emang bisa jadi ajang kita
bersilaturahmi, memperoleh banyak kebaikan. Tapi kita juga harus pilah-pilih,
mana yang sekiranya lebih banyak mendatangkan faedah dan mendekatkan kita dengan-Nya. Semakin banyak
orang yang ikut itu gak menjamin keberkah dan kehaqiqian acara. Lebih baik
sedikit terus banyak berkah, daripada rame tapi gedumbrang-gedumbreng gak
karuan (setannya gedumbrang-gedumbreng-gambreng).
Semangat Lillah!
Dengan
Senang Hati Kembali Kasih,
Always be #positive
and Salute!
Wassalamu’alaikum
Warrahmatullah Wabarokatuh.
***
Assalamu’alaikum
Warrahmatullah Wabarokatuh?
Allo?
Mmm... Yay, UNBK baru aja selesai
nih, which is litteraly buat anak
SMK/MAK. Nah ngomongin tentang UNBK sebenernya itu agak gimana gitu ye.
Emang kaya udah gak heran kalau inside-out
ada banyak kecurangan. Ingat, BANYAK! Sampe ada yang bangga nyebut “culture”!
Dari tahun ke tahun, generasi ke
generasi sepertinya emang gak pernah ada yang one hundreads percent ujian nasional itu murni. *Maaf yah, suudzon.
Dan parahnya memang seakan siswa-siswi di zaman now menganggap itu normal! WHAT!?
“Yaelah, nyontek satu aja masalah”. Malah udah jadi kaya culture gitu, mulai dari bocoran soal, kunci jawaban, upaya
menyontek, kerjasama dan berbagai bentuk kecurangan lainnya. Terus gak perlu jauh
hari sampai dengan ujian yang taraf nasional, mulai dari pekerjaan rumah aja
tetep ada kecurangan.
Nah Alhamdulillah gue ini udah lulus
UNBK tahun lalu, tapi beberapa hari seusai ujian gue lihat sebuah tweet yang
emang harusnya gak kaget, tapi yaa “Nah LOH!” segitunya ya Indonesia-kuh. Emang
maksud dari akun ini cuma iseng-iseng aja, tapi gue yakin voters-nya itu pure dari
mereka yang sudah jujur (in this case
jujur ngisi vote itu).
Jumlah voters pun juga gak sedikit, sampai dengan final result ada 572 akun yang ikut. Dan hasilnya bisa dihitung
kalau 366 akun bilang kalau “Masih ada kecurangan di sekolahnya”. Inget lagi,
akun edukasi ini CUMA iseng-iseng aja loh ya, gimana kalau sekalanya
diperbesar? Gimana kalau @Kemendikbud_RI yang buat?
Astagfirullah
hal adzim. Kenapa ini bisa terjadi? Apakah penyebabnya? Apa konsekuensi jangka
panjangnya? Jawabannya sudah pernah diungkapkan oleh kak Glenn Ardi dari VP of Marketing Zenius Education dan Editor
Zenius Blog, beliau berpendapat :
“Kecurangan dalam dunia pendidikan
akan terus mengakar selama masyarakat (siswa/guru/orangtua) memiliki persepsi
bahwa nilai akademis adalah tolak ukur prestasi, kebanggaan, serta SATU-SATUNYA
indikator dan ‘jembatan’ dalam meraih jenjang karir, prospek kerja dan kesuksesan
finansial di masa mendatang.” (Itu singkatnya, untuk lengkapnya silahkan click
disini).
“Salah satu konsekuensi jangka
pendek adalah dalam hal akademis dimana pelaku akan mengalami kesulian disaat
dia benar-benar mengikuti sebuah ujian mandiri, kita bisa sebut SBMPTN atau
ujian mandiri lainnya. Hal yang lebih ngeri lagi adalah konsekuensi dalam
kapasitas mental. Seseorang yang terbiasa mensiasati sistem, mencari jalan
pintas, menyogok, berkolusi... pada akhirnya membentuk pribadi yang serba
instan. Bagi mereka yang terbiasa curang sejak menjadi pelajar, akan tetap
terus berada dalam pola pikir untuk bisa “lolos” dari masalah dengan cara yang
tidak fair. Sampai pada akhirnya akan
tiba masanya mau gak mau pelaku harus membuktikan kemampuan yang “sejujurnya”
ada dalam dirinya.”
“Jadi menurut gua pribadi, budaya
curang dalam dunia penididikan bukan soal gak jujur pada nilai akademis saja,
tapi soal kebiasaan menumpuk masalah yang jauh lebih besar lagi di kemudian
hari. Ujung-ujungnya, keputusan untuk jujur atau curang dalam jenjang akademis,
pada akhirnya bukan demi siapa-siapa tapi untuk mengasah prinsip dan ketahanan
mental lo untuk menghadapi masalah (baca: ujian yang jauh lebih besar) di masa
depan.”
So....
let see.... hal yang disebut “culture”
ini positif banget (JELAS BANGET) = NEGATIF. Pengaruhnya buat pelaku gak
cuma saat melakukan kecurangan mendapat dosa, tapi juga akan berkelanjutan
sampai dengan nanti dia tua (dimasa depan). Jangan salahin Indonesia kalau
negaranya gak maju-maju, negara ini, kini sedang berkembang, jangan dihambat
dengan culture yang negatif, please. Integritas, integritas. Hiks, yang gini kok bisa jadi
Culture!?
Sudah tahu dusta itu berdosa kok
masih dilaksanakan. Sudah tahu tempatnya orang berdusta di neraka kok masih mau
coba-coba. “Yaudah. Nanti usai ujian gue tobat! Gampang kan?” Syukur kalau
masih punya waktu. Kalau lagi nyontek tiba-tiba nyawa dicabut gimana? Bisa
kasih jaminan kalau hari ini bukan hari terakhir hidup? Lagian, mau buat dosa
kok direncanakan.
Astagfirullah hal adzim.
Astagfirullah hal adzim.
Astagfirullah hal adzim.
Sudah, yah. Jangan deh, jangan
dusta. Berat dosanya. Percaya deh sama Allah SWT. Yuk Jujur aja.
Dalam hadist dari sahabat ‘Abdullah
bin Mas’ud radhiyallahu’anhu juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya
sikap dusta. Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Hendaklah kalian senantiasa
berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan
dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang
senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di
sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta,
karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya
berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah
sebagai pendusta.” (HR. Muslim).
Semoga hadits tersebut dapat
menguatkan iman kita untuk senantiasa jujur dalam hal kebaikan. Semoga apa yang
kita perjuangkan mendapatkan hasil yang terbaik sesuai dengan usaha dan doa
kita. Aamiin Allahuma Aamiin.
Dengan
Senang Hati Kembali Kasih,
Always be #positive
and Salute!
Wassalamu’alaikum
Warrahmatullah Wabarokatuh.
***
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)
Every Day's
Allah Dulu, Allah Lagi, Allah Terus.
Always be #positive and Salute! ^^
Pop's of Day
Kisah Mati Tapi Hidup Smartphone
Assalamu’alaikum Warramatullah Wabarokatuh, Allo? Sebenernya udah lama banget pengin nulis cerita ini tapi emang belum terg...