In Widgostory

Kisah Mati Tapi Hidup Smartphone


 Assalamu’alaikum Warramatullah Wabarokatuh,
Allo?

Sebenernya udah lama banget pengin nulis cerita ini tapi emang belum tergerak aja sampai akhirnya ayeuna aing ngetik! Gue mau cerita tentang pengalaman gue gak sengaja jatuhin ponsel/hape/smartphone/zenfone or whatever u name it. Cerita ini berlatar di indekost gue akhir bulan Oktober 2019, jadi waktu sore itu langit mulai mendung terus gue inisiatif untuk ngangkat jemuran dong di rooftop (kali je hujan). Setelah gue angkut semuanya gue mulai jalan nurunin tangga, sebagai gambaran ya ini tangga lebarnya paling cuma 1 meter doang jadi lumayan sempit, sampe-sampe gue kesusahan kalau tiap mau njemur kasur gue di rooftop (susah naikinnya, apalagi nggotong turunin tangga, eh malah cerita yang lain haha). Nah terus waktu lagi jalan beberapa langkah aman-aman aja, gue coba masukin hape yang dari tadi gue pegang (soalnya waktu itu gue sambil dengerin musik juga) ke dalem kantong celana karena mulai kerepotan bawa jemuran. TAPI EH! Pas gue coba masukin, ternyata gak masuk (eh anjir gimana ya ceritainnya? Haha) jadi pas gue coba masukin ke kantong celana sebelah kiri ternyata itu losss aja jatuh kebawah (yakali kee~). Panik dong! Tapi kok Spotify masih beroperasi. Jadi beneran musiknya tuh masih ke-play gitu. Alhasil gue lempar dulu noh jemuran ke atas kasur, sedangkan hapenya gue coba lihat sekiranya ada yang pecah atau retak engga. DAN ADA DONG! Huhuuu.
Oh ya FYI smarphone gue itu Asus Zenfone Zoom S yang mana screen-nya itu udah pake Corning Gorilla Glass 5, which is harusnya aman-aman aja kalo jatuh & sebelumnya gue udah pernah jatuhin (tanpa sengaja pastinya) dan gak ada retak apalagi pecah di layarnya, NAMUN KALA ITU it’s tottaly different. Setelah gue lihat dibawah lampu belajar ternyata ada retak di bagian kiri layar, kemungkinan karena waktu jatuh itu bagian yang pertama kali menghantam tangganya (soalnya setelah jatuh itu hp posisinya tengkurep di anak tangga & karena jatuhnya itu cuma dari ketinggian satu meter dari anak tangga yang gue pijak, jadi engga langsung ke lantai paling bawah). Habis kejadian itu gue bingung dong, mana gak ada orang lain di kost, terus juga gak ada WiFi, yaudah lanjut ngelipetin pakaian yang tadi gue angkat (walau kenyataannya gue dag-dig-dug gelisah).
Jadwal untuk hari besoknya itu cuma ada kuliah tamu, yang mana bisa agak santuy walaupun jujur ya gemes aja eh! Ada aja cobaan begini! Selama kuliah tamu bisa dibilang gue agak gelisah soal gimana caranya benerin ini smartphone, karenanya gue pinjem smarphone temen dong buat riset & cari tahu di Google dimana tempat service smartphone di Malang. Setelah nemu beberapa akhirnya gue coba contact satu tempat service smartphone & Alhamdulillah lumayan deket dari kampus. Jadi sewaktu gue hubungi nomor tempat service itu gue bilang aja sekiranya bisa ngga benerin smarphone yang mati tapi hidup haha (maksudnya ya gue jelasin dimana kondisi smartphone gue itu layarnya hitam/mati, namun masih bisa terima call & messege, play Spotify dan lain-lain asalkan dikontrol pake Google Command “Ok Google blablabla” itu loo). Tapi justru disarankan untuk langsung datang ke tempat service mereka biar lebih clear jelasin & bisa dikasih tahu langsung perkiraan biaya perbaikannya. Disatu sisi gue lega, seneng sedikit karena at least ini smartphone masih bisa dibenerin alias gak perlu beli baru, walaupun disisi lain temen-temen gue bilangnya mending beli baru aja karena kemungkinan biaya service smarphone apalagi kendalanya di layar itu hampir mendekati harga smartphone baru (hadeewwwh! Tambah gemay aing! LOL).
Sembari nunggu kuliah tamu selesai gue justru pake wakunya buat riset gimana caranya benerin smartphone gue sendiri, gue cari artikel & video terkait secara online pake smartphone temen gue tentunya, sembari ngetes beberapa kali gue call & sent messege ke smartphone gue dan hasilnya notification light gue masih nyala. SIP, GUE YAKIN INI MASALAHNYA CUMA DI LAYAR! Ditambah sewaktu gue berselancar di Google, gue nemu tuh baik artikel maupun video tentang cara mengatasi hape mati tapi hidup. Namun sebagai antisipasi tidak mau terbohongi saat nanti berkunjung ke tempat service gue juga coba searching di e-commerce sekiranya berapa harga layar & touchscreen Asus Zenfone Zoom S dan hasilnya ada dengan harga mulai dari Rp. 495K-800K (saat gue lihat ini gue bilang SUBHAN ALLAH :D lumayan juga ya huhuuu).
Oke, kuliah tamunya dah selesai, gue langsung pulang untuk ganti pakaian dan taruh barang. Udah itu gue langsung pinjem motor temen indekost gue untuk otw ke tempat service smartphone yang udah gue hubungi sebelumnya. Sesampainya gue di lokasi gue langsung bilang kalau gue customer yang udah hubungi via Whatsapp pagi tadi. Setelah panjang x lebar x tinggi jelasin smartphone gue yang mati tapi hidup, mas-nya bilang kalau ini bisa diperbaiki dengan catatan sebagai diagnosis awal smartphone gue itu emang kendalanya hanya di layar & touchscreen-nya yang retak, yang mana artinya mas-nya ini gak bisa jamin kalau nanti setelah direparasi layar & touchscreen-nya, smartphone gue gak punya kerusakan yang lain (WAH, dititik itu gue makin gambling untuk mau perbaiki smarphone gue karena gak ada jaminan yang pasti). Terus gue inisiatif untuk tanya perkiraan biaya reparasi layar & touchscreenya berapa? Dan mas-nya bilang ada dua pilihan biaya, pilihan pertama itu Rp. 1.200K + Garansi 1 bulan dan pilihan kedua itu Rp. 1.000K + Garansi 2 Minggu yang mana bisa mereka kerjain hari itu juga jadinya gue tinggal tunggu besok dan dijamin selesai (DITITIK INI GUE BILANG DALEM HATI KAYA MASYA ALLAH, SUBHAN ALLAH KOK MEHONG BET & KOK SERASA PERKATAAN TEMEN-TEMEN GUE SEBELUMNYA TERVALIDASI DENGAN HALUS). Lanjut, gue Tanya soal harga kalau nggak pake garansi dan dijawab paling ya Rp. 900K. Gue agak mikir sejenak saat itu karena sebelumnya itu kan gue udah coba riset harga layar & touchscreen Asus Zenfone Zoom S di e-commerce dan faktanya sekarang itu jadi terlihat LEBIH MURAH Hahaha. Oke, setelah memikirkan hal ini-itu, gue dengan berani tanya
“Bisa lebih murah nggak mas?” dan malah dijawab.
Udah Nett mas, tapi sebagai jaminannya kalau jadi nanti kami pastiin kalau itu rusaknya memang hanya di layar & touchscreennya aja. Seandainya nanti ada kerusakan lain kami coba perbaiki tanpa biaya tambahan” kata mas-nya mencoba meyakinkan gue.
Di saat itu gue mikir sejenak dan malah bergumam kaya Loh, kok berani gitu ya? Masa sih kalau ada kerusakan lain mereka mau tanggung (gak ada biaya tambahan untuk kerusakan lainnya seandainya gue deal dengan mereka)” yang mana dengan pernyataan tersebut semakin meyakinkan gue kalau sebenernya problem smartphone gue itu cuma ada di layar & touchscreen-nya. Setelah gue menimbang ini-itu, memperkirakan harga yang gue harus keluarkan, sekiranya worth it apa engga ini smartphone gue dibenerin akhirnya mengacu pada pertanyaan,
 “Mas, sekiranya kalau saya bawa sparepart (which mean is) Layar & Touchscreen smartphone saya sendiri bisa? Perkiraan biaya pemasangannya berapa ya? Terus berapa lama waktu pengerjaannya?”
Setelah mengajukan pertanyaan ini kemudian mas-nya kaya diskusi sebentar gitu di belakang sama temen kerjanya dan kemudian setelah beberapa saat mas-nya bilang,
“Bisa mas, biaya pemasangannya Rp. 50K namun tidak ada garansinya, kemudian untuk pengerjaannya itu cuma satu hari bahkan kalau mas mau, mas bisa bawa sparepart-nya kesini dan tunggu pemasangannya.”
Nice, dengan perasaan cukup lega & masih penasaran terus gue okein aja deh. Setelah itu gue pulang ke indekost untuk istirahat selagi cari referensi lain dimana gue berencana untuk cari tempat service smartphone lain sebagai pembanding harganya (just siapa tahu ada yang lebih murah).
Tibalah di hari berikutnya dimana gue berencana untuk ke tempat service smartphone lain yang sumbernya gue dapet dari internet, ada beberapa yang gue temuin tapi yang gue datengin kali ini yang rating-nya paling tinggi karena review-nya lumayan bagus namun lokasinya lumayan jauh dari kampus. Sesampainya di tempat gue mulai aduan gue tentang smartphone gue yang mati tapi hidup lengkap dengan pertanyaan-pertanyaan yang kemarinnya gue tanyakan di tempat service smartphone yang pertama. Ahasil yang gue temukan justru disini biayanya LEBIH MAHAL (Rp. 1.300K + TIDAK ada garansi terus seandainya gue bawa sparepart-nya sendiri biaya pemasangannya Rp. 100K). Simpelnya gue ambil brosur tempat service tersebut & gue cabut pulang ke indekost untuk kemudian melanjutkan riset gue tentang menimang-nimang “What is the best plan to fix my daily driver?!” disisi lain gue menemukan keanehan-makluman dari kedua tempat service smartphone yang gue kunjungi dimana setiap gue tanya tempat dimana gue bisa beli sparepart-nya tanpa melalui mereka selalu jawab “GAK TAHU” TAPI kalau gue tanya dimana mereka dapetin sparepart-nya kalau gue jadi service smartphone di mereka mereka dengan gampang jawab “KITA DAPETNYA DARI GUDANG KITA DI MALANG” Baikkk, gue menganekan sekaligus memaklumi mereka sebagai service seller yang tentunya mau untung, but dude I’m not dumb yea.
Dengan demikian gue MENYIMPULKAN dan YAKIN untuk beli sparepart-nya sendiri kemudian pasangin di tempat service smartphone yang pertama kali gue datengin. Alhamdulillah-nya dari serangkaian ini gue punya tabungan darurat of course for my urgent things. Hari selanjutnya gue coba cari & bandingkan antar e-commerce terkait dengan seller yang memliki rating bagus & barang yang punya review paling baik. Ketemulah satu di e-commerce hijau dengan harga layar & touchscreen Asus Zenfone Zoom S Rp. 495K + Ongkir jadi total Rp. 520K. Yap, Bismillah saat itu juga gue pesan barangnya. Perkiraan sampai barangnya itu 3-4 hari dan di hari ke-6 gue berkomunikasi tanpa smartphone barangnya datang dengan packaging yang aman lengkap dengan bubble wrap. Gue excited waktu itu sembari dag-dig-dug karena masih berharap banget ini smartphone kendalanya cuma di layar.
Oke, sepulang kuliah yang kebetulan hari itu hanya setengah hari, siangnya perkiraan pukul 1 gue berangkat ke tempat service smartphone yang pertama kali gue datangi. Sesampainya gue datang, gue langsung ceritain ulang kendala smartphone gue karena orang yang ada di tempat service beda dengan mas-mas yang waktu itu gue temuin. Setelah deal, gue keluarin smartphone & sparepart-nya, gue kasih ke mas-nya yang saat itu bekerja terus gue izin untuk lihat proses pengerjaannya dan Alhamdulillah diizinkan. Selama pengerjaan gue jujur gemay & deg-degan karena sepenglihatan gue pengerjaannya kurang hati-hati, bahkan beberapa kali gue ingetin untuk lebih pelan karena jelas dong gue gak mau ada kerusakan lain yang justru nambah saat pemasangan. Dan yeah, untungnya gue amatin dari awal sampe sekitar 1,5 jam pemasangan smartphone-nya gue coba dan semuanya nampak lancar at least sampai gue nyadar kalau lensa kamera depan gue ketutup lem dari dalem layar yang menyebabkan gue harus complain & nunggu lagi smartphone gue dibongkar & pasang lagi. Setelah selesai gue coba cek lagi semua fungsinya, pastiin bener-bener kalau gak ada masalah selain sebelumnya ada di layar dan touchscreen-nya tadi. Oh ya btw gue cek segala fungsi setiap fiturnya pake kode yang mana kalau di Smartphone Asus itu via Kalkulator terus tinggal ketik “.12345+=” (Titik, Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Tambah, Sama Dengan) yang mana akan memunculkan menu SMMI TEST baru, terus kalian bisa pilih test semua fungsi fitur di Smartphone Asus kalian. Singkat cerita setelah gue test semua fiturnya dan semuanya berjalan dengan baik, JUJUR GUE LEGA SEKALIGUS SENENG!
Tercatat sampai dengan gue nulis cerita ini Alhamdulillah smartphone gue lancar jaya sentosa (bekerja dengan baik). Mulai saat itu gue berasa nyesel untuk ngelepas silicon case bawaan Asus Zenfone Zoom S gue karena emang udah butek banget warnanya. Tapi seminggu setelah smartphone gue diperbaiki gue langsung beli case baru untuk pengamannya. Wah, gue ceritanya beneran panjang x lebar x tinggi nih tapi gapapa lah, karena sebenernya gue nulis ini selain ditujukan untuk gue pribadi sebagai pengingat dan gue dedikasikan kepada kalian/teman kalian yang mungkin mengalami masalah yang sama walaupun tentunya gue tidak mengharapkan hal itu terjadi pada temen-temen/pembaca Someday. Dari pengalaman ini gue belajar banyak hal, mulai dari riset diawal/sebelum gue ke tempat service, pergi ke lebih dari satu tempat service smartphone (membandingkan dua tempat) itu penting banget karena dari situ gue bisa lebih bijak mengambil keputusan dibuktikan dengan gue merasa pilihan untuk beli sparepart sendiri baru kemudian ke tempat service smartphone hanya untuk masangin aja itu sangat-sangat WORTH IT & GREAT CHOICES!  
Masih kurang yakin? Saran gue YAKIN AJA & JADI SMART CUSTOMER. Karena nih ya sebernernya itu ada cerita lain, dimana sewaktu gue lagi nungguin smartphone gue dirakit itu ada customer lain yang punya masalah terkait dengan baterai laptopnya yang bocor (gak bisa dipake kalau laptopnya nggak sambal di charge) itu datang kemudian langsung Tanya harga & langsung deal-deal aja, padahal dari situ gue denger tempat service ini tawarin biayanya Rp. 500.000 which is menurut gue itu gak worth it, karena sebelumnya gue mengalami masalah yang sama dimana baterai laptop gue bocor sejak 2016 tapi gue gak langsung ke tempat service, justru gue malah riset dan beli sendiri baterainya dengan harga dibawah Rp. 200K via e-commerce dan gue baru melakukan itu seminggu belum gue denger sendiri kejadian ini. WAW bisa hemat lebih dari Rp 300K dong! Tapi lagi yaaa, gue juga kurang tahu apa urgensi daru customer laptop baterai bocor, siapa tahu emang butuh dalam waktu yang sesingkat-singkatnya sehingga waktu itu langsung deal aja gue tahu kok tempat service kaya gini pasti cari untung dan gak mungkin gue bilang ke customer laptop baterai bocor itu untuk cancle pembeliannya dari tempat service tersebut dan nyuruh beli baterai laptop sendiri via e-commerce seperti apa yang gue lakukan hehehee.
Terakhir ya, gue mau bilang Terima Kasih ke temen gue yang mau minjemin smartphone-nya buat riset terkait smartphone yang mati tapi hidup LOL (masih aja gue nyebutnya gitu hahaha) & temen yang minjemin smartphone-nya untuk membantu gue hubungi orang tua. Oh ya maaf banget gue gak bisa langsung sebut nama tempat service smartphone pertama & kedua karena gue gak mau menimbulkan asumsi negatif terkait pelayanan di tempat service tersebut (TAPI kalau kalian emang butuh tahu alamat-nya, kalian bisa contact gue via Instagram atau bahkan secara langsung biar lebih enak. Insyaa Allah gue bantuin).

Dengan Senang Hati Kembali Kasih,
Always be #positive and Salute!
Wassalamu’alaikum Warrahmatullah Wabarokatuh.


Read More

Share Tweet Pin It +1

1 Comments

In Indekostory

Hidup Hemat & Sehat



          Setiap orang (kalau lo belum termasuk, sekarang masuk! haha) punya cara yang berbeda-beda untuk ngasih reward ke diri sendiri, untuk apresiasi dirinya sendiri. Ada yang cukup dengan bilang “TERIMA KASIH” secara rutin (daily), tapi ada juga yang kasih reward dengan cara beli jajan, makan-makan, jalan-jalan, liburan, shopping, bahkan tidur nyenyak nan pulas. Kalau lu nanya (padahal enggak haha), Gue sendiri orang yang suka kasih reward ke diri sendiri dengan cara bilang “Terima Kasih” as routine and buy something (biasanya barang, terus via online). Kenapa? (iya tahu, nggak ada yang tanya tapi gue pengin cerita aja! Tolong mengerti) jawabannya karena setidaknya bisa tahan lama & kelihatan mulu/bisa gue pake. Misalnya untuk tahun ini gue dah kasih reward ke diri gue berupa beli beberapa furniture/printilan IKEA (terutama kaya table top yang sekarang gue pake buat kerjaan sehari-hari mulai makan sampai ngerjain tugas, termasuk nulis ini), ada juga totebag LOQI & gantungan tas (ini nih reward buat diri gue karena berhasil merealisasikan resolusi gue untuk Go-Intenational tahun ini), ada juga yang paling baru Jam Tangan (setelah hampir 1 tahun gue gak pake karena yang lama itu rusak, akhirnya YASS Alhamdulillah kebeli juga!), ada juga reward kaya ngecat ulang kamar diawal semester ini juga gue jabanin, JUJUR gue bersyukur & seneng banget!

          Tapi nih ada beberapa alasan yang buat gue perlu waktu untuk akhirnya kasih reward misalnya kaya table top IKEA & jam tangan yang gue dah ceritain tadi, salah satunya karena gue belum punya penghasilan tetap (I mean kaya ada tapi masih sedikit, tapi Alhamdulillah hehe). Jadi untuk gue bisa kasih reward ke diri sendiri, gue putuskan untuk mulai nabung. Gue mulai nabung sejak semester 1 (which is FYI sekarang gue dah semester 3) tepatnya waktu tanggal 11 November 2018, dimana gue ngerasa “eh, hari ini harbolnas tapi kok gak punya duit, tapi kok diskonnya gede-gede” waktu dimana gue pikir itu adalah waktu yang tepat buat kasih reward ke diri sendiri, tapi apa daya karena waktu itu gak ada duit lebih jadi gue gak bisa beli apa-apa buat diri sendiri.

Terus dari mana lu bisa nabung, padahal belum punya penghasilan tetap? Bisa dong! Caranya Ber-HEMAT! Yass! Dari apa yang gue tahu & gue tonton dari video bang Raditya Dika – 15 Tips Ngatur Duit Ala Raditya Dika (ini link video-nya), Bang Radit bilang “Hubungan keuangan pribadi yang sehat adalah untuk tahu bahwa uang masuk harus lebih besar dari pada uang keluar” yang mana kalau sekarang gue belum punya uang masuk, at least gue harus memperkecil/menekan uang keluar (make sense kan? HAHA). Detilnya gue berhemat dengan cara cuma ngeluarin duit 4K alias 4.000 rupiah setiap harinya untuk beli makan (lauk makan, soalnya nasi gue masak sendiri & berasnya itu gue hitung gratis karena gue bawa dari hometown). Jadi selama hampir satu tahun kebelakang, gue konsisten untuk hidup hemat, dimana Rp. 4.000 itu gue pake buat beli lauk makan gue buat satu hari. GOKIL GAK TUH? BHAHAHAHA.    

I know guys/girls, maybe some of you think thatitu mah bukan hemat, itu mah nyiksa diri, gak sehat, & blablablablaa” karena emang pengalaman gue juga pernah beberapa kali cerita akan hal ini ke temen-temen gue dan reaksi mereka ya “wah kok bisa!? / Segitunya VIN! / Itu mah nyiksa diri lo! / Pelit banget Ya Allah sama diri sendiri…”  But FYI again selama ngejalanin (satu tahunan ini) gue masih gak apa-apa dengan itu, terus juga karena gue merasa perlu melakukan itu biar bisa saving money biar bisa beli sesuatu/apalah itu yang gue anggap sebagai reward untuk diri gue sendiri. Terus gue sendiri dengan kesadaran penuh SIAP untuk menjalani kehidupan tersebut at least sampai batas waktu yang tidak ditentukan. YANG MANA gue rasa batas waktu itu cukup sampai sepulangnya gue dari SG awal bulan Oktober tahun ini. Gue mulai ngerasa bosen sama lauk apa yang gue makan. Okelah, untuk seminggu setelah gue pulang dari SG gue enjoy bahkan nikmatin banget makan-makanan tersebut karena pada dasarnya gue kangen VANGET masakan indo. Tapi mulai minggu kedua rasanya semua lauk serba 4K itu rasanya hambar (Sekarang tanpa makan gue bisa ngebayangin gimana rasanya)*.

*Please, ini gak ada maksud untuk menghina makanan yaw, ini pure karena gue dah terlalu sering makan menu yang itu-itu terus. Lagian lauknya emang enak & gue juga selalu rotasi menunya setiap hari.

Yup! Setelah minggu-minggu itu gue mulai masak lauk sendiri setelah sebelumnya cuma masak di hari minggu karena cuma di hari tersebutlah si ibu penjual lauk 4 ribuan nggak jualan (pernah gue tanya kenapa & jawabnya “Hari Minggu itu hari buat anak & keluarganya, jadi libur”). Mulai dari masak yang biasa kaya MASSSSAK AER!!! hahaaha, sampe masak olahan tempe, tahu, telor, mie dan baru nih minggu ini gue coba masak olahan ayam! Hasilnya gimana? Jujur mah ngerasain juga yang namanya masakan gosong karena api kompor kegedean sampai dapur indekost legit hampir kebakaran karena lupa matiin kompor ROTFL. Tapi sekarang-sekarang mah gak lagi ;) ASLI BARU SADAR KALAU MASAKAN SENDIRI TUH EMANG BISA ENAK VANGET~

Sekarang gue lagi seneng-senengnya nih makan masakan sendiri, karena sekarang kan resep gampang dicari, remake beberapa menu source from Youtube juga bisa banget (Special Thanks to Willgoz Kitchen). Terlebih sebenernya yang buat gue bersyukur banget adalah ibu kost gak pernah complain kalau gue sering masak (tapi gak tahu sih kalau setelahnya ngomongin dibelakang WKWK atau mungkin yah, itu cara dia diemin gue tapi malah guenya gak peka-peka anjir! LOL). Terus gue juga malah belajar banyak kan tentang masak-memasak sebagai bekal menjadi suameee idaman tea~ Dan intinya sekarang mah gue ngerasa lebih sehat karena gue sendiri yang atur pola makan termasuk apa yang gue konsumsi.

Gue sekarang paham kalo emang bener sih prinsip yang Bang Raditya Dika bilang ‘bout gimana cara ngatur duit it’s TRULY WORKS, tapi emang guenya aja yang waktu itu keliru dalam memahami sehingga jatuhnya gue malah kaya pelit ke diri sendiri. Gue emang harus hemat, tapi gue juga harus sehat. Jadinya sekarang gue pikir gue harus bener ngatur keuangannya dengan cara bukan cuma berhemat, TAPI JUGA MENCATAT! serta make sure jiwa & raga gue sehat. Selama setahun kebelakang gue sama sekali gak catat pengeluaran, dan progresnya bulan kemarin gue mulai catat semua pengeluaran apapun itu setiap hari biar gue bisa tahu & pegang kendali dari mana uang gue masuk dan kemana uang gue keluar. Kabar baiknya juga ternyata dari gue masak sendiri pengeluaran gue gak yang mbengkak banget, bahkan untuk sekali masak satu menu, total cost for ingredients dkk gue bisa bilang masih lebih terjangkau dibanding kalau gue pesan makanan or even cheaper than your cup of coffe upsss~

Terkait rewards, Alhamdulillah gue tetap rutin saying THANKS TO MY SELF-I LOVE MY SELF AND I DON’T NEED ANYBODY ELSE HEYY!  (gue coret karena itumah lagu hahaha). Sedangkan untuk reward yang bentuknya kaya barang gue juga mulai pertimbangin lagi karena gue juga dalam proses untuk terapin prinsip hidup minimalist dan gue sekarang coba kasih rewards yang sifatnya experience kaya traveling/ikut lomba-lomba ke luar negeri (kalo bisa yang GRATIS/FULLY FUNDED). At least but not last dari pelajaran hidup ini, berikut pesan dari gue:

“Baiknya rutin bilang terima kasih dan maaf ke diri sendiri sebagai apresiasi/reward. Inget ya, hemat itu keren! tapi kalau keterlaluan & buat kamu pelit sama diri sendiri mah gak sehat. Yuk perbaiki lagi mindset, hemat & sehat itu harus beriringan, mumpung masih di akhir tahun nih, belum di akhir hayat. Semangat!”







Read More

Share Tweet Pin It +1

1 Comments

Every Day's

Allah Dulu, Allah Lagi, Allah Terus. Always be #positive and Salute! ^^

Translate

Ads Day's